Opini

SERBA TERLAMBAT

images-2

Lewat tengah malam  dan sudah masuk hari sabtu 5 November 2016, akhirnya Presiden Jokowi bicara soal demo. Intinya menghargai peran ulama, kiyai habaib, dan ustadz yang telah membawa ummatnya berdemo dengan damai. Tetapi menyesalkan kejadian ba’da Isya, kerusuhan yang ditunggangi oleh aktor-aktor politik.  Dan  juga menegaskan akan melaksanakan proses hukum Ahok dengan tegas, cepat dan transparan.  Meminta para unjuk rasa kembali kerumah dan tempatnya masing-masing. Tetapi pernyataan Presiden tersebut, tidak ada menyebutkan ” jangka waktu proses Ahok dalam waktu 2 minggu”,  hanya Wapres yang menyebutkannya   mengutip pernyataan Kapolri kepada Wapres.

Terlambatlah sudah

Sejak September 2016 yang lalu Ahok bicara di pulau Seribu selaku Gubernur dihadapan masyarakat setempat, tentang surat Al-Maidah 51, dalam waktu 2 minggu  sudah menggemparkan dan menjadi hot issues di mediasosial. Sampai menjelang demo jilid I Medio Oktober 2016, pemerintah belum merespons secara serius, disiniliah dimulainya ‘to lateketerlambatan awal dari situasi ibarat virus yang cepat menular. Keterlambatan kedua terjadi, dan membuat para ulama dan ummat Islam menjadi geram, adalah sikap Polisi yang terkesan mengulur waktu, dan sikap Presiden yang diam seribu bahasa.  Dalam fase terlambat kedua ini, ditandai dengan tidak diresponsnya dengan baik oleh pemerintah atas Fatwa MUI  tentang penistaan agama, dan belum dianggap issu yang “sensi”.  Demo Jilid I, sungguh menggemparkan Nusantara, lebih dari 20.000 massa ummat berkumpul di Mesjid Istiqlal  dan sekitar Monas, dan secara simultan di beberapa kota besar juga terjadi demonstrasi.

Dua minggu pertama sesudah demo I, Polisi  masih   ber”semantik” ria, bersilat lidah dan bermain kata-kata dengan mass-media, tidak ada kepastian waktu kasus Ahok dapat di proses  dan masuk pengadilan.  Minggu ketiga menjelang  demo jilid II akan dilaksanakan tanggal 4 November 2016,  Penyelenggara Negara Republik ini, mulai gelisah dan khawatir.

Demo Jilid II ini memang luar biasa, dan dihadiri oleh ummat Islam dari  beberapa propinsi, dan diperhitungkan dihadiri lebih satu juta  ummat Islam, ulama-ulama , kiyai-kiyai  kharismatik. Tentu membuat Presiden terkejut, tapi ya itu tadi, sudah terlmbat. Dan hal ini adalah keterlambata ketiga yang dilakukan Presiden. Saya belum dapat menduga, siapa yang memberikan advis agar Presiden bertemu dengan Prabowo di Hambalang dan kemudian disorot media sedang berkuda memberikan keterangan pers. (tidak ada hubungannya dengan lebaran kuda yang disebut SBY). Masyarakat menjadi bingung apa hubungannya Prabowo dengan rencana demo yang akan dilaksanakan 3 hari lagi.  Info yang didapat dari Politisi Gerindra menyarankan agar Presiden sowan kepada  MUI, PP Muhammadiyah, dan PB NU. Presiden melakukannya apa karena saran Prabowo atau inisiatif sendiri hanya merekalah yang tahu.  Dan tanggal 2 November 2016, Presiden Jokowi mengundang ke Istana Pengurus MUI, PP Muhammadiyah, dan PB NU, untuk bicara  dari hati kehati, dan dialog tersebut, tentunya tidak dapat membatalkan rencana demo yang ibarat aliran air  dengan arus yang deras. Dalam satu dan dua hari  menjelang demo suhu politik memng meninggi, SBY bicara, Wapres juga mulai bicara, bahkan Jokowi dan JK konperensi pers bareng untuk menegaskan  bahwa pemerintah menjamin demo sesuai hak konstitusi  dan dilindungani dengan UU, tapi harus damai dan aman terkendali. Tidak lupa juga  merespons soal analisis intelijen yang di kritisi SBY. Dan kita ingat betul Presiden mengatakan bahwa selama demo( 4 Nov)  tidak akan meninggalkan  Jakarta.

Pada demonstrasi hari ini, perwakilan massa sebanyak 3 orang  Ulama diterima Wapres, karena Presiden tidak ditempat melakukan kunjungan kerja ke Bandara Cengkareng  melihat pelaksanaan pembangunan  kereta api bandara. Disinilah keterlamabat keempat Presiden Jokowi  diakukan lagi.  Masa demo merasa diremehkan,  karena perwakilan demo tidak diterima langsung Presiden. Sehingga sebahagian demonstran tetap bertahan di depan Istana Negara. Sampai pukul 19.00 malam massa belum bubar, padahal batas  waktu demo adalah pukul 18.00 sore. Terjadilah lempar dan saling melempar antara massa dan Polisi  dan ini kejadian yang klasik, dan Polisi ”mungkin” terpancing menggunakan water cannon, sehingga suasana menjadi gaduh dan massa membakar  apa yang bisa dibakar, mudah-mudahan sampai berakhir demo tidak ada memakan korban.

Setelah tengah malam, barulah Presiden bicara didepan media massa dan menyampaikan apa yang telah diuraiksan di awal tulisan ini.

Saya berkeyakinan kerusuhan ba’da Isya tersebut, tidak akan terjadi jika Presiden Jokowi menerima delegasi yang datang ke Istana dan diterima langsung  oleh Presiden, bersama Wakil Presiden, dan mengutarakan sikap Pemerintah untuk MEMPROSES AHOK SECARA HUKUM DENGAN TEGAS, CEPAT DAN TRANSPARAN , DALAM WAKTU 2 MINGGU.  Tentu sungguh indah akhir dari demo tersebut, semua akan kembali kerumah dan ke daerahnya masing-masing. Terkikislah fikiran ummat yang beranggapan Presiden Jokowi melindungi Ahok.

Cibubur, 5 Nov.2016

Chazali H. Situmorang, Dosen FISIP UNAS./FKIP UNIDA

To Top