Opini

Semangat Kepahlawanan

wahyu-triono-ks

Oleh WAHYU TRIONO KS

Kemerdekaan bangsa Indonesia diraih dengan suatu perjuangan sampai titik darah penghabisan dengan suatu pekikan ‘merdeka atau mati’ diperjuangkan oleh para pejuang kemerdekaan yang kita menyebutnya sebagai pahlawan kemerdekaan bangsa. Tetapi pahlawan juga merupakan sebutan bagi setiap pejuang yang gagah berani dan mengorbankan dirinya dalam membela kebenaran.

Pahlawan itu ada di hati kita, hidup dalam pikiran, jiwa dan semangat perjuangan kita, kapan pun dan sampai akhir masa. Pahlawan itu para pejuang di dalam kehidupan tanpa berpikir akan dinobatkan menjadi pahlawan atau bukan.

Lantas, siapa pahlawan di hati kita? Adalah semua orang yang menginspirasi kita menjadi pejuang dengan ketulusan dan menanam berbagai kebaikan untuk membela kebenaran yang suci dan keadilan yang murni, meski mengorbankan segala yang kita punya. Apa yang pantas kita tanam dalam kehidupan, kecuali jiwa dan semangat kepahlawanan.

Jiwa dan Semangat Kepahlawanan
Jangan sekali-kali melupakan sejarah (“Jas merah”) kata Bung Karno, pernyataan sang proklamator bangsa Indonesia itu selalu menemukan relevansinya dalam mengenang jiwa dan semangat kepahlawanan, para pahlawan di hati kita. Jangan sekali-kali melupakan sejarah (“Jas merah’) berarti juga jangan lupa pada asal, lantaran ia berdimensi sosial dan ketuhanan. Siapa yang melupakan sejarah dan lupa pada asal berarti a historis, a sosial, penjahat kemanusiaan, penghianat dan tidak amanah sekaligus mengingkari eksistensi Tuhan.

Bangsa yang memiliki jiwa dan semangat kepahlawanan adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Karenanya kemerdekaan dan kedaulatan suatu bangsa tidak mungkin akan diperjual belikan dan digadaikan baik secara politik, ekonomi dan yang lainnya.

Bangsa Indonesia yang mengerti jasa para pahlawannya adalah yang konsisten dan penuh kesungguhan berjuang dan Membangun Kedaulatan Bangsa Indonesia (MKBI), Membangun Kemakmuran Bangsa Indonesia (MKBI) dan Membangun Kesejahteraan Bangsa Indonesia (MKBI).

Perjuangan semacam ini adalah wujud dari bagaimana bangsa Indonesia menghargai jasa para pejuang dan pahlawan kemerdekaan dengan merealisasikan cita-cita luhur untuk apa negara Indonesia diproklamasikan.

Jiwa dan semangat kepahlawanan anak-anak generasi adalah anak-anak yang tidak pernah melupakan semua jasa orang tua yang telah melahirkan, mengasuh, menjaga dan membesarkannya menjadi manusia yang mandiri dan berguna. Anak-anak yang tidak pernah lupa dari rasa syukur atas karunia kecerdasan dan jasa baik para guru-guru yang memerdekakannya dari belenggu kebodohan.

Memupuk jiwa dan semangat kepahlawanan di hati setiap insan adalah tidak pernah melupakan jasa baik para pejuang dan penyebar kebenaran dan keadilan, penyeru kebaikan di jalan Tuhan sehingga setiap kita terlepas dan merdeka dari kesesatan dan kejahiliyahan.

Mengenang orang-orang baik yang berbagi dan memiliki jiwa kebersamaan dan rasa kepedulian sosial sehingga kita luput dan akhirnya merdeka dari kemiskinan dan kesengsaraan adalah sikap baik bagaimana kita memiliki jiwa dan semangat kepahlawanan.

Pemimpin di pemerintahan baik eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang memiliki jiwa dan semangat kepahlawanan adalah para pemimpin yang tak pernah lupa pada rakyat yang telah menggaji dan memberikan fasilitas kepadanya, tak sekejap pun lupa pada suara rakyat yang telah memilihnya, memberikan kepercayaan dan amanah kepadanya.

Para pemimpin yang tidak pernah lupa pada sejarah dan pada asal adalah para pemimpin yang menyakini bahwa keberadaannya karena rakyat dan tugas pengabdiannya adalah untuk melayani dan menunaikan semua janjinya pada rakyat dengan amanah yang akan dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan.

Pahlawan Di Hati
Setiap kita memiliki para pahlawan di hati kita masing-masing, mereka adalah semua orang yang telah berjasa dan menanamkan berbagai budi kebaikan, berpeluh, berkeringat bahkan bersimbahkan darah. Mereka adalah para pejuang yang telah memberikan kita kemerdekaan sebagai suatu bangsa, mereka adalah orang-orang yang telah berjasa memerdekakan kita menjadi manusia yang mandiri, mereka adalah orang-orang yang telah memerdekakan kita dari kebodohan, kemiskinan, kesengsaraan, kesesatan dan kejahiliyahan.

Setiap kita tanpa terkecuali tak mungkin serta merta dan tiba-tiba menjadi sesuatu yang berarti, dari nobody menjadi somebody. Menanamkan jiwa dan semangat kepahlawanan di hati kita sejatinya menempatkan diri kita pada suatu jalan yang lurus “ihdina shirat al-mustaqiim.” Ia merupakan perjalanan spritual yang mengesankan, yang menjadikan setiap kita mengerti pada asal mula, ibarat pepatah lama “tak lupa kacang pada kulitnya”. Sehingga setiap kita pun digolongkan pada orang-orang yang bukan golongan orang-orang yang tidak tahu diri atau lupa pada asalnya.

Mengenang para pahlawan di hati kita berarti membuat kita tidak lupa pada asal dan sebagai pendekatan yang sangat rasional dan religius tentang eksistensi dan intervensi Tuhan di setiap kehidupan kita. Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan tuntunan kepada orang-orang yang tidak lupa pada asal mulanya sebagai orang-orang yang berada pada jalan yang lurus. Karena itu disetiap saat kita dianjurkan untuk memohon kepada Allah agar selalu diberikan petunjuk dan bimbingan menuju pada jalan yang lurus yaitu “ihdina shirat al-mustaqiim.”

Orang-orang yang masih memiliki jiwa dan semangat kepahlawanan adalah orang-orang yang dalam kehidupannya senantiasa mengenang jiwa dan semangat para pahlawan di hatinya yang selalu menginspirasi dirinya menjadi seseorang yang berarti di mata sesama dan Tuhannya.

Penutup
Mengapa setiap saat kita membutuhkan jiwa dan semangat kepahlawanan di hati kita masing-masing? Tidak lain dan tidak bukan lantaran setiap waktu dan setiap saat kita membutuhkan para pahlawan dan pejuang yang dengan gagah berani dan berkorban dalam membela kebenaran yang suci dan keadilan yang murni untuk mewujudkan kedaulatan, kemakmuran dan kesejahteraan.

Pahlawan itu ibarat orang-orang tua kita yang di usia senjanya masih menanam pohon kelapa meskipun yang memetik dan menikmati buahnya anak, cucu dan generasi berikutnya. Pendek kata, pahlawan itu nyaris tidak menikmati buah dari hasil perjuangannya, kecuali perjuangannya yang tulus tanpa pamrih sebagai kecintaannya kepada kemanusiaan, ketaatan dan pengabdiannya pada Tuhan.

Saatnya setiap kita selalu menanamkan pada diri kita jiwa dan semangat kepahlawanan, karena setiap kita juga bisa menjadi pahlawan. Selamat hari pahlawan dan selamat berjuang para pahlawan! [ ]

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top