Opini

Memanfaatkan Lebih 40.000 ha Lahan Tidur di Kerinci

ag

Oleh AHMAD GAZALI

Tercatat tidak kurang 40.000 ha lahan tidur di Kab Kerinci Prov Jambi. Bila rata-rata 1 KK mengolah 2 ha lahan tidur tersebut bisa diselamatkan 2o.ooo KK (Kepala Keluarga). Lahan tidur tersebut sudah ditinggal sejak setengah abad lalu. Jarak dari pemukiman rata-rata 3 km.

Ini bisa terjadi pada tahun 1970-an pelaku pertanian mencari lahan baru di sekitar Kayu Aro di mudik seputar kaki Gunung Kerinci dan di hilir seputar Bukit Karman atau Gunung Patah Sembilan yang populer disebut Gunung Raya. Pada tahun 1982, 60% wilayah Kab Kerinci dimasukkan ke dalam paru-paru dunia yaitu Taman Nasional Kerinci/Seblat (TNKS).

Masyarakat petani frustasi hingga kini tidak ada kompensasi untuk masyarakat Kerinci. Pada paktanya kini wilayah TNKS yang dulunya seluas 3 jut ha melingkupi Provinsi Jambi, Sumatera Barat, Riau dan Sumatera Selatan, kini tinggal paling banyak 1,5 juta ha. Wilayah TNKS yang terus berkurang lebih banyak dikuasai Perusahaan Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN) ketimbang pribumi.

Dekade terakhir petani mencari tanah ke wilayah Renah Pemetik di mudik dan wilayah kearah Serampas Sungai Tenang di hilir dalam wilayah TNKS karena lahan di seputar Kayu Aro Gunung Kerinci dan Gunung Raya mulai tandus. Kini lahan di wilayah Renah Pemetik juga mulai tandus dan kesuburan tanah terus berkurang akibat menggunakan bahan kimia beracun dan pola tanam yang keliru.

Menyadari hal itu Bupati Kerinci Murasman sebelum Bupati Adirozal yang sekarang berani memelopori sebagian wilayah TNKS untuk rakyat bahkan membuat Desa difinitif didalamnya serta membuatkan jalan tani. Tinggal lagi bagaimana jalan tani ditingkatkan statusnya menjadi jalan kabupaten.

Bila pemerintah daerah konsisten mendukung rakyatnya maka orang Kerinci tak akan kekurangan tanah. Dulu zaman Bambang Sukowinarno jadi Bupati, rakyat yang berladang dalam TNKS ditangkapi dan ditahan tapi tidak diproses hukum. Sementara Sang Bupati sendiri membuka ladang 12 ha dalam kawasan TNKS.

Tepatnya waktu reformasi maka Bambang Sukowinarno yang belum habis masa jabatannya dipaksa angkat kaki dari Kerinci oleh mahasiswa Kerinci yang kuliah di Padang. Selain itu pemerintah daerah segera membuat Rencana Induk Pengembangan Pertanian Terpadu Berbasis Teknologi (RIPPTBT) melibatkan para konsultan dan pakar (bukan pakar deklarasi diatas kertas atau omong kosong doang).

Guna RIPPTBT adanya kepastian hukum untuk menjamin amannya investasi yang akan ditanamkan. Bisa kerjasama dengan pelbagai pihak dalam dan dari luar negeri. Wilayah bisnis tidak sama dengan wilayah pemerintahan. Wilayah pemerintahan sebatas Kab Kerinci. Wilayah bisnis sepanjang mampu berkerjasama saling menguntungkan dimana saja.

Produk organik memiliki daya saing yang tinggi diminati konsumen dari dalam dan luar negeri. Cuma bagaimana kita memudahkan untuk orang membeli. Misalnya dari Lampung orang mau beli singkong (Ubi Kayu) ke Kerinci membawa Truk atau Prah. Tiba di Kerinci untuk mengumpulkan singkong satu prah atau truk perlu waktu lama karena orang menanam dalam jumlah sedikit.

Begitu pula produk lain untuk diekspor perlu dipikirkan bungkus atau packing dan merk (Brand). Guna konsultan menjamin mutu karena konsultan merancang mulai proses awal hingga pasca panen dan menjual. Konsultan menjual lebih dulu baru diusahakan bersama Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan Owner.. Kerja berjema’ah atas jaminan Allah Swt akan mendapatkan keuntungan 27 kali lipat. Saya pikir orang Kerinci 99,99 % beragama Islam.

Dengan lancarnya jalan untuk membawa hasil bumi dan pemerintah menfasilitasi pelaku pertanian untuk ikut pelatihan mengolah bahan baku (mentah) untuk barang jadi atau setengah jadi serta mendorong masyarakat membuat Brand atau merek produk. Kini di dunia majunya teknologi terutama teknologi dunia maya, asalkan ada produk dengan mudah bisa dipasarkan dalam dan luar negeri.

Di wilayah Kerinci bagian hilir unggul dengan buah-buahan ketinggian 500- 800 m dpl Kerinci bagian mudik unggul dengan kentang, kol, wortel, sawi, daun saladri, daun bawang pray, ketinggian 1.200 – 1.500 n dpl. Tidak kurang 20 mobil prah (truk) mengangkut tiap hari ke Pasar Induk Kramat Jati Jakarta. Begitu pula ke sentra sayur yang ada di Koto Baru Padang Panjang serta ada yang langsung ke Medan, Pekanbaru, Jambi dan Kota Padang.

Masa lalu Kerinci bagian Hilir terkenal dengan jeruk, manggis, mangga, kini tinggal kenangan. Ini karena pengetahuan bertani tidak pernah bertambah sehingga petani kehilangan bibit unggul. Bila hasil pertanian di Kerinci diketahui konsumen masih menggunakan kimia beracun maka lambat laun tidak akan laku di pasaran nasional dan Internasional.

Di Kerinci tengah dengan ketinggian 900- 1.200 m dari permukaan laut (dpl), apa yang unggul di Kerinci belahan mudik dan belahan hilir unggul pula di Kerinci bagian tengah. Contoh: Kentang di Kayu Aro rata-rata 1 : 10. Di Kerinci bagian tengah yakni di Gunung Selasih kentang rata-rata 1 : 15. Di Kerinci sudah patuit didirikan Institut Usaha Pertanian Berbasisi Teknologi. Bukan Institut Pertanian model IPB Bogor

Ini karena lebih setengah abad ekonomi mikro menyangkut orang banyak tidak pernah kita bangun. Tamatan/lulusan perguruan tinggi pertanian yang ada hanya untuk menjadi buruh di perusahaan-perusahaan besar milik asing. Ekonomi mikro menghidupkan kembali nilai-nilai utama : gotong royong, musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas dan menolong diri sendiri. Nilai-nilai ini ada dalam adat dan agama.

Hasil lain yang terkenal dari Kerinci Cabe Kriting, Pisang, Kopi Robusta dan Kopi Arabika. Pisang dan cabe kriting tumbuh baik di seluruh wilayah Kerinci. Kopi Arabika di ketinggian lebih 1.000 m dpl dan Kopi Robusta di Ketinggian 300 – 800 m dpl. Ini mesti dipikirkan dan diupayakan oleh Pemerintahan Daerah Kerinci dengan masyarakatnya baik yang ada di Kerinci maupun di perantauan.

Kebiasaan menggunakan kimia buatan yang nyata-nyata merusak tanah dan merusak produk yang akan dikosumsi manusia. Pada gilirannya memusnahkan manusia itu sendiri. Mesti cepat kembali ke pupuk organik. Pola tanam dengan sistem lubang agar humus tanah tidak hanyut ke muara bila hujan tiba.

Kemudian di sungai-sungai kecil diperbukitan ditanami bambu dan di puncak bukit ditanami pohon pelindung, pohon yang ada disana antara lain; pohon waru, surian, jengkol,petai, durian dan kuini. Bila hujan deras datang maka air tidak serta merta turun ke bawah yang menyebabkan banjir dan longsor. Pohon-pohanan besar dan lubang penyimpan air.

Di Sungai-sungai bekas penambangan pasir hendaknya diperlebar dan dan diperdalam. Bila tidak tetap akan menjadi malapetaka bila memasuki musim hujan. Orang Kerinci harus gigih memperjuangkan daerahnya karena petinggi di Provinsi sudah cukup puas dengan adanya 3 juta ha sawit dan lebih 60 tambang minyak illegal. Kerinci tak bisa ditanami sawit dan tak ada tambang mineral.

Selaku putra Kerinci, secara pribadi saya telah melakukan transfer pengetahuan dan alih teknologi di bidang pertanian terpadu berbasis teknologi memindahkan pabrik pupuk,pabrik pakan ikan, pabrik obat-obatan/antihama, pabrik pakan ternak/ruminansia ke tengah masyarakat serta pola tanam suluruh komoditi yang ada di Kerinci.

Pertama pada tahun 2006 di Pasar Semurup dan Tanjung Pauh Mudik. Kedua, sebelum bulan puasa kemarin tahun 2016 di Desa Sei Rumpun Kecamatan Gunung Tujuh Kayu Aro. Tinggal lagi masyarakat menduplikasi program. Ini tentu perlu mendapat dukungan dari pemangku kepentingan dan seluruh stakeholder. Transfer penegathuan dan Alih teknologi dan pola tanam kami lakukan dengan dana dari kocek sendiri tanpa minta dana pada pelaku petanian maupun pemerintah setempat.

Pelaku pertanian kita berikan alat produksi untuk mengurangi ongkos produksi dan menngkatkan jumlah hasil yaitu dengan teknologi. Seluruh pedoman kami berikan secara gratis dan ada di facebook saya Ahmad Gazali. Yang setitik tolong dilautkan dan yang sekepal tolong di gunungkan. Mari sama-sama kita bangun Kerinci.

Ahmad Gazali adalah Konsultan Pertanian Terpadu Berbasis Teknologi berdomisili di Bogor

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top