Opini

1 Oktober Hari Kesaktian Pancasila: Membumikan Nilai Nilai Pancasila

13669446_1179081475447314_7356113826094477813_o

Oleh Tomi Erizal*

Berkaitan dengan 1965 Incident Road Show in the United States, ada satu peristiwa monumental. Pada malamnya 30 September 1965 terjadi peristiwa yang menyayatkan, dikenal sebagai G 30 S/PKI. Keesekon harinya tanggal 1 Oktober bangsa Indonesia didukung oleh Angkatan Bersenjata merespon cepat. Tentara bersama rakyat mencari para korban kebiadaban PKI serta melakukan pengejaran dan penumpasan terhadap PKI. Maka pada masa pemerintahan Presiden Soeharto ditetapkanlah 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Peristiwa Lubang Buaya merupakan puncak dari keganasan G 30 S PKI telah memakan korban pejuang- pejuang terbaik bangsa yakni: Jend. TNI Anumerta Achmad Yani, Letjen. TNI Anumerta Suprapto, Letjen. TNI Anumerta S. Parman, Letjen. TNI Anumerta M.T. Haryono, Mayjen. TNI Anumerta D.I. Panjaitan, Mayjen. TNI Anumerta Sutoyo S, dan satu Perwira Pertama Kapten CZI TNI Anumerta Pierre Tendean. Kepada mereka dianugerahkan gelar Pahlawan Revolusi. Dilokasi tersebut juga di bangun sebuah tugu untuk menghormati pahlawan-pahlawan tersebut. Tugu itu dinamai Tugu Kesaktian Pancasila.

Hari Kesaktian Pancasila setiap 1 Oktober, harus dijadikan sebagai kesempatan untuk merefleksikan tentang pemaknaan nilai-nilai dan kesaktian pancasila itu sendiri. Hal ini penting khususnya bagi generasi muda bangsa ini. Kesaktian yang dimaksud adalah memaknai pancasila secara aktif mampu melakukan sesuatu, membumikan nilai-nilai yang terdapat dalam pancasila mampu ditranformasikan dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara.

Penulis memaknai, pancasila bukan hanya sebagai pondasi negara, pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi peraturan perundang-undangan. Melainkan Pancasila dapat dikatakan sebagai sumber moralitas terutama dalam hubungan dengan legitimasi kekuasaan, hukum, serta berbagai kebijakan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Dengan kata lain sebagai warga Negara Indonesia kita harus membumikan nilai nilai pancasila di tengah kehidupupan berbangsa dan bernegara, yang bukan hanya untuk deklarasi di atas kertas dan seremonial belaka.

Perjuangan Tiada putus…

Yang paling penting adalah, bahwa kita sadar ber-Pancasila itu sendiri, hendaknya dimulai sejak dini, sehingga nilai-nilai Pancasila dapat terpancar dalam kehidupan. Dan ber komitmen dalam ber-Pancasila yang mengikrarkar di mulut dan diaplikasikan dengan tindakan. Terakhir tak kalah pentingnya dalam membumikan Pancasila meneladani pancasila itu sendiri. Sudah menjadi sebuah kelatahan bahwa Pancasila kadangkala hanya sebagai sebatas wacana. Sebatas perbincangan dalam rapat-rapat pemerintahan, pun dalam diskusi-diskusi intelektual. Pancasila hanya sebatas retorika pemimpin, minus tindakan.

Mengutip Buya Syafii Maarif : manis dibibir pahit dalam kenyataaan. Sebagai ideology Negara merupakan kewajiban kita semua mewujudkan nilai-nilai yang ada didalamnya, bersinergi memajukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mari kita renungkan!

*Alumni Lemhannas PNK Angkatan IX 2016.

 

 

 

 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top