General Issue

Muryanto Amin Rektor USU 2021-2026, Semoga Profesional

FOTO GANTENG3

Oleh: Dr. apt. Chazali H. Situmorang. M.Sc/Alumni USU-Dosen FISIP UNAS

Profesionalitas diharapkan menjadi modal kerja utama Rektor USU yang baru, Muryanto Amin menggantikan Prof. Runtung Sitepu. Harapan tersebut, disampaikan oleh beberapa alumni USU kepada saya sebagai Ketua Harian Pengurus Pusat IKA (Ikatan Alumni) USU.

Soal plagiat atau self-plagiarism yang dituduhkan Prof.Runtung sebagai Rektor USU pertengahan Januari 2021 yang lalu, sudah di take over  oleh Kemendikbud. Sekjen Kemendikbud Ainun Na’im mengatakan  “Iya, iya (tidak ada self-plagiarism) dan bakal dilantik besok”.  Ujarnya saat diminta konfirmasi Rabu (27/1/2021.

Hal yang sama dikatakan petinggi lainnya,  “Apa yang dilakukan Pak Muryanto Amin tidak bisa dikategorikan plagiasi. Tapi yang terjadi penerbitan ulang dari karya Pak Muryanto Amin,”  kata Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Nizam melalui konferensi video.

Yang bikin tidak enak hati adalah apa yang dikatakan Nizam, “Harapan saya dalam pemilihan rektor, mohon kalau sudah dapat calon-calon terbaik, dua, tiga orang. Siapa pun yang terpilih jangan dicari-cari kesalahannya. Diadukan dan sebagainya. Tapi didukung penuh sehingga kemajuan lebih cepat terjadi,”  katanya.

Tapi sudahlah, kita bungkus saja soal itu, karena sudah bercampur antara idealisme memelihara nilai akademis di Perguruan Tinggi, dengan syahwat merebut kekuasaan yang berlangsung setiap 5 tahun. Seolah-olah pemilihan Rektor USU itu seperti memperebutkan “harta karun” yang jika berkuasa, akan menikmati singgasana kekuasaan yang tak berujung.

Seharusnya jabatan Rektor itu adalah proses keberlanjutan kepemimpinan untuk terjaminnya keberlanjutan pembangunan Perguruan Tinggi itu sendiri, yang melibatkan semua civita akademika.

Maka itu para alumni USU berharap, bahwa Rektor USU dapat melaksanakan tugasnya mengedepankan profesionalitas. Ciri utama professional, adalah mengedepankan aturan main yang jelas dan terukur sesuai dengan regulasi yang ada. Profesionalitas juga mengedepankan rasionalitas daripada emosional, dan arogansi kekuasaan.

Terlepan dari kelemahan Muryanto yang sudah  “dikuliti”  habis oleh Prof.Runtung Sitepu, juga tidak terlepas dari kelemahan Dewan Guru Besar dan Senat Akademik, yang meloloskan Muryanto sebagai calon Rektor, dan pada putaran terakhir dalam sidang pleno MWA USU, mememangkan Muryanto. Seharusnya mereka itu semua “sakit gigi”  menguliti Muryanto. Itu salah satu indikator betapa tidak matangnya kepemimpinan Rektor USU  dalam mengelola Perguruan Tinggi Negeri yang tertua di Sumatera.

Keunggulan Muryanto, telah memecahkan telur angsa Rektor USU, yang sejak awal berdirinya dipegang oleh Dosen bergantian antara Kedokteran dan Hukum sebagai fakultas tertua.  Kali ini yang jadi Rektor Muryanto Amin dosen dari FISIP merupakan fakultas yang relatif muda, Guru Besarnya belum banyak. Seharusnya Prof Runtung bangga telah dapat melakukan regenerasi.

Civita akademika dan segenap alumni USU, sangat berharap agar Muryanto (Muri) dapat memberikan suasana segar, lebih friendly, tidak terlalu birokrasi, dan secara bersahabat mendengarkan keluhan dekan-dekan fakultas dan menyembataninya dengan MWA sehingga program-program pengembangan USU adalah sesuai dengan kebutuhan riel fakultas, dan prodi.

Pola kebijakan yang memusatkan kebijakan dan program  terpusat di Rektorat, harus segera diubah. Desentralisasi kebijakan program dan anggaran  mutlak diperlukan untuk menumbuhkan inovasi dan kreativitas fakultas dan prodi. Kemajuan fakultas dan prodi adalah juga akan menaikkan mutu Universitas secara keseluruhan. Cara berpikir komprehensif dan partisipatory harus dimiliki oleh Rektor dan para Wakil Rektor.

Saya pernah mendengar keluhan seorang dekan, ada undangan ke Jakarta dari Kementerian dalam rangka kepentingan fakultas, SPPD (Surat Perintah Perjalanan Dinas) nya harus dikeluarkan Rektor. Ternyata SPPD nya tidak turun, dan akhirnya tidak jadi berangkat.

Bahkan ada suatu rencana program fakultas, sudah disetujui di MWA, sampai ke Rektor mengendap terus, akhirnya tidak turun. Menurut kabar itulah salah satu sebab, beberapa  dekan tidak mendukung calon Rektor yang dijagokan Prof.Runtung. Mereka mempersiapkan calon dikalangan kolega mereka sendiri para dekan senasib dan akhirnya menang.

Bagi Muryanto, jangan mengulangi kebijakan yang keliru dan salah kaprah. Profesional saja sesuai dengan aturan, mekanisme, kebutuhan, dan yang penting dibicarakan bersama (partisipatory).  Program dan kegiatan yang baik dan meningkatkan performance USU yang sudah dilakukan oleh Rektor lama jangan diabaikan begitu saja. Teruskan jika memang bermanfaat untuk kemajuan USU. Karena pembangunan itu proses berkelanjutan.

Tetapi jika ada yang berbau korupsi, penyalahgunaan wewenang, nepotisme tidak boleh ditolerir. Harus diputus  mata rantainya. Tuntaskan sampai tidak ada lagi sisa temuan baik dari BPK, BPKP yang tidak diselesaikan bertahun-tahun. Karena kasus-kasus itu akan terus dipersoalkan setiap pemeriksaan berikutnya.

Mereka – mereka yang selama ini, tidak memilih Muri tidak usah di kotak katik lagi sikap dan pilihan mereka. Ajak bekerja sama secara profesional, jika tidak mau, dan menarik diri dari aktivitas kampus, silahkan. Sepanjang kewajiban mereka sebagai dosen tetap dilakukan. Jika tidak, jangan segan terapkan aturan.

Muri tidak perlu membuat rejim baru, menggalang kekuatan untuk persiapan menjadi Rektor periode kedua, 5 tahun mendatang. Jika kesana arah kebijakan dan program Rektor, percayalah kasus-kasus pergantian Rektor akan berjalan ricuh, heboh,  dan USU sebagai lembaga Perguruan Tinggi, akan menjadi Lembaga Perguruan Silat sebagaimana yang disebutkan Dr.dr.Umar Zein dalam artikelnya soal USU.

Bekerjalah dengan semangat Ridho Allah, untuk kemajuan dan kecerdasan bangsa. Jika Allah SWT berkehendak untuk melanjutkan kepemimpinan, tidak ada yang bisa menghalanginya. Tetapi jika untuk kepentingan mempertahankan kekuasaan, maka kekuasaan itu ada ujungnya. Ada akhirnya. Jika akhirnya tidak berkah, tidak happy, maka itu semua akan menjadi hari-hari kehidupan  yang tidak nyaman, serba salah, menyesal, dan akhirnya penyakit pun banyak datang. Tidak ada teman yang datang yang dulu sangat memuja. Jika Iman tidak kuat, bias-bisa menjadi orang yang merasa tidak lagi berarti dalam hidup ini.

Beratnya hambatan yang Muri hadapi untuk menjadi Rektur USU, menjadi pelajaran yang berharga untuk mengetahui watak  manusia terdidik sekalipun. Tantangan kedepan tidak mudah. Jawablah itu semua dengan kerja keras, dan kerja nyata. Tidak perlu pakai pencitraan. Sebagai administrator akademik, pembangunan, tata laksana organisasi dan SDM, kata kuncinya mampu mengambil keputusan yang menyelesaikan masalah (solutif), walaupun tidak mungkin memuaskan semua pihak. Saat akan memuaskan semua pihak, saat itulah keputusan tidak dapat dilakukan.  SELAMAT BEKERJA REKTOR USU MURYANTO AMIN.

Cibubur, 30 Januari 2021

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top