General Issue

KOMPLIKASI PUTARAN KEDUA DKI 1

images-2

Kalau tidak ada aral yang melintang, pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, akan dilaksanakan dua putaran, pada April 2017 mendatang, karena sampai saat ini tidak ada satu pihakpun yang mengklaim mendapatkan 51% suara. Hitungan sementera  paslon 1 dapat sekitar 17%, paslon 2 sekitar  42,9%  dan paslon 3 sekitar 40%. Perolehan suara paslon 1 tidak sampai setengah dari paslon 2 dan 3, sedangkan paslon 2 dan 3 beti (beda tipis).

Banyak pihak yang sudah meramalkan, bahwa putaran kedua akan terjadi, melihat situasi lapangan Pilkada atas munculnya AHY yang diusung oleh Demokrat, PAN,PPP, dan PKB.  Dan kehadiran AHY saat-saat terakhir pendaftaran sebenarnya akan dapat menguntungkan Paslon 3 , jika tidak ada blunder-blunder yang dilakukan oleh Ahok. Bahkan ada kemungkinan Ahok akan menang karena sebagai petahana sudah menguasai lapangan dan ada cukup amunisi untuk “marketing” program selama masa kampanye.

Indikasinya sederhana saja, dalam situasi saat saperti ini (ngak perlu lagi dijelaskan), paslon 3 dapat mencapai hampir 43%, terbanyak dibandingkan 2 paslon lainnya. Hitungan banyak orang menganalisi, hampir semua etnis cina dan non muslim memilih paslon 3, dan sebahagian muslim juga memilih paslon 3, dengan berbagai pertimbangan dan salahsatunya tentu karena calon Wagubnya muslim.

Kalau warga DKI etnis Cina dan non muslim ada 30%, dan 70% muslim, berarti ada sekitar 12% warga muslim memilih paslon 3,  walapun tidak bisa dihitung persis seperti itu, karena ada proses yang reversibel, yaitu ada juga etnis Cina dan non muslim memilih paslon 1 atau 3, dan sebaliknya  tapi rerlatif tidaklah besar. Kenapa isu SARA yang menjadikan dasar analisis banyak kalangan, karena isu tersebut yang sangat berseleweran diberbagai medsos, media cetak dan elektronika.  Dan  hal ini nampaknya di masyarakat isu SARA tidak lagi hal yang tabu, dan memang suatu realita dimasyarakat apalagi dalam situasi Pilkada  yang dilaksanakan secara serentak diratusan Kabuaten/Kota dan beberapa propinsi. Memang variabel gagasan/program kerja yang disampaikan dalam debat yang dilaksanakan 3 putaran di televisi ada pengaruhnya , tapi pergesaran itu lebih pada antar paslon 1 ke paslon 3, tidak banyaklah ke paslon 2, ini menurut analisis teman-teman waktu ngobrol di warung kopi.

Ada juga sebagian berpendapat yang kita cermati diberbagai medsos, bahwa pencapaian suara yang diperoleh para paslon terkait dengan tingkat kumparan mesin partai. Untuk paslon 1, kumparan mesin partai yang kencang adalah Demokrat, sedangkan PAN,PPP, dan PKB tidak sekencang Demokrat. Sedangkan paslon 2, yang kencang mesin partai PDIP, dan Nasdem, sedangkan Golkar,dan  Hanura  tidak sekencang kedua temannya tersebut. Sedangkan paslon 3, kedua kumparan mesin partainya (Gerindra dan PKS),  berkecapatan tinggi, disamping sudah cukup lama juga sekitar 1 tahun  (sandiago Uno ) turun kelapangan. Apakah ini benar, hanya para pimpinan partai dan Tuhanlah yang mengetahui.

“Komplikasi Putaran kedua”.

Dalam ilmu kesehatan, istilah komplikasi digunakan untuk menggambarkan banyaknya jenis penyakit didalam tubuh manusia, yang saling berkaitan satu sama lain, sehingga menyulitkan untuk dilakukan pengobatan. Karena pengobatan untuk jenis penyakit A, diberikan obat B, maka efek samping obat B, dapat mempengaruhi/memperberat penyakit C yang diderita oleh orang sama.  Maka treatmentnya memang dapat  diberikan berbagai jenis kombinasi obat. Tapi itupun tidak mudah, karena harus dicermati juga reaksi antar obat didalam tubuh apakah menurunkan potensi masing-masing obat atau bahkan menimbulkan  efek samping lainnya.

Dengan ilustrasi diatas, maka komplikasi Pilkada putaran kedua di DKI, dapat dipetakan sebagai berikut:

  1. Bisa jadi Demokrat akan mendukung paslon 3, karena sudah patah arang dengan paslon 2, atau kalau ingin berbaikan dengan Jokowi,  setidaknya sikapnya netral.
  2. PAN, PKB,PPP, karena partai koalasi Pemerintah, akan dilakukan pendekatan2 bahkan juga mungkin “bargaining position” dipemerintahan. Tapi konsekwensinya mereka akan berhadapan dengan konstituentnya yang menginginkan Gubernur muslim. Jika sikap partai mendukung  paslon 2,  juga belum tentu konstituentnya mau ikut dengan kebijakan partai. Sebulan ini pasti pimpinan partai sibuk kesana kemari untuk mencari masukan sebelum menetapkan kebijakannya yang akan berdampak luas terhadap eksistensi partai pada  Pemilu mendatang.
  3. PDIP akan all-out, agar paslon 2 menang diputaran kedua, dan mungkin tidak terlalu risau jika Ahok di vonis bersalah. Karena kalau menang/terpilih jadi Gubernur dan kemudian menjadi terpidana, sesuai UU 23/2014, maka Wakil Gubernur terpilih (Djarot), yang akan jadi Gubernur.
  4. Jika situasi poin 3 yang terjadi, dan ini dibaca oleh petinggi partai pendukung paslon 1 yang koalisi pemerintah, maka bukan tidak mungkin akan merapat ke PDIP (paslon 2), dan umat Islam tidak ribut karena Ahok sudah dipenjara, dan Djarot Syaiful Hidayat (muslim) yang akan jadi Gubernur.
  5. Ada kemungkinan situasi ysng berkembang kedepan, Ahok menyatakan akan siap diberhentikan sementera karena statusnya sebagai terdakwa, dan akan ditunujuk Djarot Syaiful Hidayat sebagai Plt.Gubernur sesuai dengan UU 23/2014. Dan Wagub tentu akan mengamankan dan melaksanakan berbagai kebijakan yang telah digariskan Ahok. Langkah ini diharapkan akan menimbulkan simpati dari masyarakat Jakarta dan meningkatkan elektibilitas paslon 2.
  6. Komplikasi tersebut, perlu dicermati oleh paslon 3. Maka agar situasi pendukung tetap terjaga, dan 17% pendukung AHY dapat dialihkan ke paslon 3, maka mesin partai harus terus bergerak mengadakan kemunikasi dengan pimpinan partai pendukung AHY, dengan membentuk tim Lobby yang handal, berwibawa,dan disegani oleh Ketua partai pendukung AHY, disamping faktor SBY yang sangat vital dan tidak bisa diabaikan.
  7. Ada sekitar 25% warga DKI yang berhak memilih, tidak menentukan pilihannya. Ini juga lahan yang perlu di “garap” oleh paslon 2 dan 3, pada putaran 2 dengan berbagai pendekatan, bisa isu SARA, bisa janji program, dan –head to head- melalui tim relawan masing-masing, karena kelompok ini mesin partai mungkin tidak mempan.

Dengan 7 jenis komplikasi (karena saling berkaitan), tersebut diatas, maka memang memerlukan upaya-upaya yang komprehensif supaya Anis-Sandiago dapat memenangkan Pilkada tersebut. Analisis teman-teman di warung kopi sebelum kami bubar, peluang Anis dan Sandi akan menang di putaran kedua antara lain jika : Ahok terus melakukan blunder baik verbal, maupun tingkah lakunya, dan “interaksi komplikasi  1 s/d 5 tersebut diatas”  tanpa diprediksi sebelumnya  memperberat  “masalah” paslon 2, , yang dapat menyebabkan  kekalahan Ahok-Djarot.

Cibubur,20 Feb.2017

Chazali H.Situmorang/Dosen FISIP UNAS/Pemerhati Public Policy

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top