General Issue

LBP DALAM “BLUNDER” KEBIJAKAN PRESIDEN

Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto (kanan) berbincang dengan Menko Kemaritiman dan Investasi  Luhut Binsar Pandjaitan (kiri) sebelum mengikuti rapat terbatas (ratas) di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (4/2/2020). Ratas tersebut membahas kesiapan dampak virus corona pada perekonomian di Indonesia. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/hp.

Oleh : Dr. drs. apt. Chazali H. Situmorang,M.Sc *)

Pak Luhut adalah militer sejati yang taat atas perintah atasan. Walaupun saat ini sudah purnawirawan, dengan mendapatkan bintang empat di bahunya, semangat Sapta Marga dan Sumpah Prajurit masih menggelora dalam sanubarinya. Gelora yang sama dengan Jenderal (Pur) Gatot Nurmantyo, Panglima TNI pada masanya juga bergelora dalam semangat Sapta Marga dan Sumpah Prajurit, tetapi dengan dimensi  dan sisi yang berbeda.

Sadar atau tidak sadar pemerintahan ini, sudah lebih banyak “dikendalikan” oleh Jenderal aktif maupun purnawirawan, baik Militer maupun Polisi. Suatu anomali yang luar biasa dari suatu negara yang menjunjung tinggi Demokrasi sebagai hak kedaulatan rakyat.

Termasuk perintah kepada seorang Jenderal Purnawirawan Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan, dan letnan Jenderal TNI Doni monardo sebagai Kepala BNPB/ Ketua  Satgas Penanganan Covid-19, dari Presiden Jokowi untuk melaksanakan semacam Mission Impossible,  yaitu dalam waktu 2 minggu mulai 14 September 2020 menyelesaikan tiga tugas utama, yaitu “penurunan penambahan kasus harian, peningkatan Recovery rate, dan penurunan mortality rate.” Sasaran utama adalah 9 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Papua, Bali dan Sumut.

Bagaimana hasilnya sampai hari ini, yang waktunya hanya tinggal 4 hari lagi untuk sampai dua pekan  sesuai dengan “perintah” Presiden Jokowi?.

DKI Jakarta : data Pemprov DKI, sepanjang 15-21 September, 61.694 penduduk ibu kota sudah dites dan didapati 7.243 kasus positif. Tingkat kasus positif (Positivity rate) mencapai 11,7 persen.

Angkanya fluktuatif tiap pekan. Positivity rate 8-15 September mencapai 13,4 persen; dan 7-13 September 11,9 persen (8.430 kasus baru dari jumlah pengetesan 70.994).

Pada 15 September, tercatat ada 1.468 kematian dari 56.593 kasus, sehingga Case fatality rate (CFR) sebesar 2,6 persen. Seminggu berselang, jumlah kematian melejit jadi 1.592 dari 64.196 kasus, tetapi CFR Jakarta turun menjadi 2,5 persen.

Sedangkan sebelumnya, pada 9 September alias seminggu sebelum Luhut turun tangan, rasio kematian 2,7 persen.

Pada 15 September 2020 Sebanyak 43.306 pasien sembuh dari 56.593 kasus (tingkat kesembuhan 76 persen).

Pada 21 September, jumlah pasien sembuh bertambah jadi 49.630 dari 64.196 kasus sehingga rasionya menjadi 77 persen. Sementara pada 9 September, rasio kesembuhan di Jakarta 75 persen.

Ini situasi di Jakarta  yang Gubernurnya bersikeras harus dilakukan PSBB diperketat, yang akhirnya disetujui Pusat dengan berbagai kompromi. Kalau tidak pakai kompromi, sudah dapat diduga akan lebih terkendali lagi jumlah kasus dan CFR nya.

Di Jawa Barat: sepanjang 15-21 September, tercatat total ada 3.139 kasus baru, melonjak tinggi dibanding pekan sebelumnya, 9-15 September, yang hanya mencatatkan 1.563 kasus baru.

Bagaimana dengan tingkat kematian? Sepanjang 15-21 September didapati 25 kematian akibat COVID-19. Jika dijumlahkan, tercatat ada 330 kematian dari 18.077 kasus–artinya CFR mencapai 1,8 persen.

Sementara sepanjang 9-15 September didapati 20 kematian. Total kematian ketika itu mencapai 237 dari 8.595 kasus positif, sehingga rasio kematiannya adalah 2,7 persen.

Pasien yang dinyatakan sembuh sepanjang 15-21 September ada 2.456. Jumlahnya lebih banyak dibanding periode 9-15 September, 1.443 pasien.

Per 21 September, 10.755 pasien sembuh dari total 18.077 pasien terkonfirmasi sehingga rasio kesembuhannya 59,5 persen. Sementara pada 15 September, terdapat 8.319 orang sembuh dari total 15.231 kasus sehingga rasio kesembuhannya 54.6 persen.

Di Sulawesi Selatan: sepanjang 15-21 September, terdapat penambahan 945 kasus baru, lebih tinggi dibanding periode 8-14 September yakni 633 kasus.

Tingkat kematian pada 21 September mencapai 2,8 persen–399 kematian dari 14.396 kasus.

Angka itu lebih rendah dari 15 September, yakni 2,9 persen, dan 9 September 3,0 persen.

Pada 21 September tercatat ada 10.551 kesembuhan dari 14.396 kasus, sehingga tingkat kesembuhan mencapai 73,3 persen. Angka itu lebih rendah dibanding 15 September.

Di Jawa Timur: sepanjang 15-21 September, terjadi penambahan 2.267 kasus, lebih tinggi dari sepekan sebelumnya, 2.097 kasus.

Dari aspek kematian, pada 21 September tercatat ada 2.990 kematian dari 41.076 kasus, sehingga tingkat kematian mencapai 7,2 persen, tak berubah dari 15 September.

Dari  data empat provinsi yang terlihat diatas, dapat di ambil kesimpulan sementara bahwa Tim Luhut dan Doni, belum berhasil mengendalikan kasus baru terinfeksi Covid-19 (Positivity rate), dan juga Case Fatality Rate/CFR), atau Mortality rate.   Yang secara absolut angkanya terus bertambah.  Keberhasilan terlihat dari Recovery rate, yang meningkat.

Secara Nasional, tercatat pada 14 September, ketika Luhut mengumumkan ia diperintahkan khusus Jokowi menangani Corona di sembilan provinsi, penambahan kasus mencapai 3.141. Penambahan kasus harian semakin sering berada di angka lebih dari 4.000 (19 September, 21 September, 22 September, dan 23 September). Bahkan pada 23 September, penambahan kasus harian mencatatkan rekor baru: 4.465.

Jumlah kasus terus bertambah sampai Jumat (25/9/2020) pukul 12.00 WIB, tercatat ada 4.823 kasus Covid-19 dalam 24 jam terakhir.

Penambahan pasien itu menyebabkan kasus Covid-19 di Indonesia kini mencapai 266.845 orang, terhitung sejak diumumkannya kasus pertama pada 2 Maret 2020.

Dalam sehari, ada penambahan 4.343 pasien Covid-19 yang dinilai sembuh dan tidak lagi terinfeksi virus corona. Sehingga, total pasien Covid-19 yang sembuh kini berjumlah 196.196 orang.

Kabar dukanya bertambah pasien Covid-19 yang meninggal dunia. Pada periode 24 – 25 September 2020, tercatat ada 113 orang yang tutup usia setelah dinyatakan terinfeksi virus corona. Dengan demikian, angka kematian akibat Covid-19 kini tercatat sebesar 10.218 orang.

Hingga saat ini, kasus Covid-19 sudah tercatat di semua provinsi di Indonesia, dari Aceh hingga Papua. Secara detail, ada 494 kabupaten/kota dari 34 provinsi yang terdampak penularan virus corona. Ini artinya sudah lebih dari 96 persen wilayah di Indonesia yang terkena dampak pandemi Covid-19.

Apa kata ahli epidemiologi

Selain Dr. Pandu Riono yang sudah begitu vokal menyampaikan kekhawatiran sebagai epidemiolog FKM UI, kita kutip juga pendapat Muhammad Bigwanto, epidemiolog dari Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.’

Pendapatnya  memang tidak ada perubahan berarti setelah Luhut ditunjuk Presiden. Namun menurutnya itu wajar belaka sebab tenggat tak masuk akal. “Dua minggu itu enggak masuk akal. Dari sisi inkubasi virus enggak masuk akal, dari sisi pencarian informasi upaya pencegahan yang efektif juga enggak masuk akal,” katanya kepada reporter Tirto, Rabu (23/9/2020).

Bigwanto mengingatkan bahwa masa inkubasi virus itu dua pekan. Jadi jika misalnya hari ini kasus meningkat, maka kemungkinan infeksi terjadi sebelum Luhut ditunjuk. Dan jika pun Luhut berhasil menekan laju penularan, maka hasilnya akan baru terlihat setelah dua pekan. Berbeda dengan membangun jalan tol yang bisa dipatok tenggatnya, epidemiologi dilandasi pada pemantauan jangka panjang alias surveilans.

Yang menjadi pertanyaan para ahli kesehatan masyarakat, apakah Menkes dr.Terawan menjelaskan apa itu surveilans kepada Presiden dan peserta Rapat Kabinet yang membahas Covid-19 14 September 2020 yang lalu?.

Kembali pada awal tulisan ini, bahwa para Militer itu baik yang masih aktif maupun sudah purna tugas masih berpegang pada Sapta Marga dan Sumpah Prajurit. Apalagi ada perintah dari Presiden yang juga Panglima Tertinggi TNI. Saya taat dan patuh melaksanakan perintah.  Itu doktrin kalian mau bilang apa?.

Bagaimana solusinya?

Untuk tidak menjadi perbincangan di ruang publik, dan bahkan dianggap nyinyir, ada solusi yang dapat ditempuh Presiden. Itupun kalau Presiden berkenan.

Jika sampai akhir September 2020, tiga indikator utama penyelesaian Covid-19 terus tidak terkendali, maka untuk tidak kehilangan muka para penyelenggara negara dalam Kabinet Indonesia Maju ini, dan sesuai dengan semangat Sapta Marga dan Sumpah Prajurit, maka tanpa mengurangi rasa hormat kita ke Pak Luhut, disarankan Pak Luhut menghadap Presiden, dan menyatakan mundur dalam  melaksanakan tugas mulia mengendalikan keganasan Covid-19.

Selanjutnya menyarankan agar tugas tersebut diteruskan  oleh dr.Terawan Putranto Menkes sesuai dengan Tupoksinya, yang juga seorang Letnan Jenderal (Pur) TNI dan punya doktrin Sapta Marga dan Sumpah Prajurit didampingi Letjen TNI Doni Monardo.

Mudah-mudahan Tim ini akan lebih solid, apalagi mereka berdua punya jaringan kerja secara  fungsional sampai ke level Kabupaten/Kota dan  dukungan dana APBN sektor Kesehatan dan Kebencanaan.  Semoga Presiden Jokowi berkenan. Cibubur, 26 September 2020

*) Pemerhati Kebijakan Publik/Dosen FISIP UNAS

Sumber: https://nasional.kompas.com/read/2020/09/25/15321901/update-bertambah-4823-kini-ada-266845-kasus-covid-19-di-indonesia?page=all#page2.

https://jogja.tribunnews.com/2020/09/25/update-25-september-2020-hari-ini-bertambah-4823-jumlah-total-kasus-covid-19-indonesia-266845?page=2.

Silahkan di share

 

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

To Top